Selasa, 02 Oktober 2012

perawatan jambu air citra

Kisah serupa juga dialami Widartono, kolektor di Kedoya, Jakarta Barat. Pria jangkung itu menduga retak di pangkal, ciri buah matang maksimal. Di Bulungan, Kalimantan Timur, Lutfi Bansir mengeluhkan hal sama. Pria yang gandrung mengoleksi ragam jambu air itu mencoba mengatasi dengan dolomit. Di Subang, JK Soetanto memanen citra sebelum matang maksimal supaya buah tidak telanjur retak. Ia juga melakukan pengairan rutin agar aliran air ke buah stabil.

Perkara menampilkan citra yang mulus memang dambaan semua hobiis. Namun, itu tak mudah didapat karena citra terbilang rewel. ?Merawat citra lebih sulit ketimbang varietas lain, ? tutur Prof Dr Sri Setyati Harjadi, guru besar Institut Pertanian Bogor. Citra memang istimewa. Buah bongsor, manis, warna merah cerah, dan nyaris tak berbiji. Pantas bila Syzigium javanica itu langsung menjadi primadona pencinta buah. Namun, ?Keunggulan itu mesti diimbangi dengan perawatan khusus supaya keistimewaannya keluar, ? ujar Dr Moh Reza Tirtawinata, MS, pakar buah yang pertama kali menemukan citra.

Sekadar contoh sosok bongsor citra. Bobot yang besar -mencapai 200 -250 g - menunjukkan aliran karbohidrat hasil 45 hari, pentil buah dicekoki terus-menerus dengan makanan hingga membesar. ?Ketika elastisitas kulit buah tidak sanggup mengikuti laju pembesaran buah, terjadilah retak, ? kata Reza. Buah jumbo membuat tangkai yang hanya seukuran kabel tak sanggup menopang bobotnya. Akibatnya, buah kerap rontok.

Buah kaget
Musabab lain, ?Buah retak karena jumlah air di dalam tanah berubah secara tiba-tiba,? tutur JK Sutanto, pekebun jambu air di Subang. Akibatnya terjadi perubahan tekanan turgor secara mendadak. Sel menggelembung akibat volume cairan di dalam bertambah. Ini biasanya terjadi pada buah yang muncul pada musim kemarau, lalu dikejutkan datangnya hujan. Laju aliran air dan hara dari tanah ke buah yang semula lambat berubah menjadi cepat secara tiba-tiba. Ketika kecepatan kulit buah ?mengembang ? lebih lambat ketimbang aliran air dan hara ke buah, terjadilah pecah di pangkal.

Hal senada diungkap Eric Lim, konsultan pertanian dari Malaysia. Menurut Eric, pecah buah terjadi bila ada defi siensi unsur mikro yang dikombinasikan dengan kondisi kekeringan. Kekurangan unsur mikro membuat kulit buah tidak elastis. Sementara kondisi kering yang tiba-tiba dikejutkan dengan turunnya hujan membuat akar menyerap hara dengan cepat. Kulit buah tidak sanggup menahan laju pembesaran buah sehingga pecah. Hal serupa kerap terjadi pada jeruk dan duku.

Elastisitas kulit buah bisa diperbaiki dengan memberikan unsur mikro, seperti kalsium dan kalium. Alternatif lain, membenamkan kapur pertanian dalam bentuk kalsit CaCO3 dan dolomit CaMg (CO3)2. ?Kalsium mempertahankan elastisitas perkembangan sel buah,? ujar Reza.

Dari berbagai literatur pelajari, kalsium menguatkan dinding sel dan menggiatkan pembelahan sel. Ia juga mengaktifk an kerja berbagai macam enzim. Sementara kalium berperan sebagai katalisator dalam pengubahan protein menjadi asam-asam amino. Ketersediaan kalium dalam tanaman yang memadai membuat batang, cabang, ranting, dan tangkai buah kekar. Dengan begitu buah tak gampang rontok.

Busuk buah
Momok lain buat penggemar citra:busuk akibat serangan lalat buah. Upaya mengatasi dengan membungkus buah tak sepenuhnya membuahkan hasil. Dari luar buah terlihat mulus, tapi begitu dibelah bagian dalam busuk. Itu terjadi karena pemilik terlambat membungkus dan pemilihan jenis pembungkus yang tidak tepat.

Beberapa hobiis membungkus dengan plastik. Namun, pembungkus plastik tanpa lubang angin membuat kelembapan di sekeliling buah naik. Akibatnya, cendawan gampang menyerang. Hobiis lain membungkus dengan kertas koran atau karbon. Kertas koran memang menyerap air sehingga kelembapan terjaga. Namun, biasanya buah dibungkus dengan bagian bawah terbuka. Akhirnya, para pekebun dan hobiis sepakat. Agar sang primadona tampil mulus sempurna semua kombinasi perlakuan mesti diterapkan. Berikut cara agar citra tampil mulus.

Cegah buah retak
1. Lakukan penyiraman rutin-sekali sehari pada pagi atau sore hari-saat musim kemarau, terutama ketika tanaman mulai berbuah. Itu untuk menghindari perubahan tekanan turgor secara tiba-tiba saat musim hujan tiba. Banyak pekebun menganggap, penyiraman saat tanaman jambu air berbuah menyebabkan rasa kurang manis. Padahal, rasa manis tetap terjaga asalkan pemberian air rutin.

2. Cukupi ketersediaan kalsium dan kalium di dalam tanah jauh-jauh hari sebelum tanaman berbuah. Misalkan, untuk menambah kalsium diberikan kapur pertanian atau dolomit 2-3 bulan sebelum masa berbuah. Dosis kapur tergantung pH tanah dan ukuran tanaman. Namun, pengalaman Lutfi Bansir, pembenaman 1 kg dolomit untuk pohon jambu berumur 2-3 tahun sudah cukup. Kalium ditambahkan dengan pemberian pupuk KCl.

3. Menurut Reza, tanpa analisis hara tanah, sulit menentukan dosis kalsium dan kalium. Tak jarang keduanya sebenarnya tersedia dalam tanah, tapi tidak dapat diserap akar karena terikat kuat oleh tanah. Supaya aman, gunakan probiotik tanaman buah. Probiotik mengandung mikroorganisme yang mampu melepaskan ikatan Ca dan K dari tanah sehingga mudah diserap tanaman. Setiap 5 cc diencerkan dalam seliter air. Kebutuhan setiap tanaman 5 liter per minggu. Bila Ca dan K tercukupi, maka buah tak gampang retak.

Cegah buah busuk
1. Penyebab utama jambu air busuk ialah serangan lalat buah. Karena itu pembungkusan buah menjadi mutlak 15 hari setelah bunga mekar. Sebelum dibungkus, lakukan pencegahan dengan menyemprotkan insektisida dan fungisida yang dicampurkan dengan dosis masing-masing 1 cc/l atau sesuai petunjuk di kemasan.

2. Bungkus pentil buah dengan pembungkus ganda: kertas dan plastik. Kertas mengurangi kelembapan di sekeliling buah sehingga serangan cendawan minimal. Kertas dilapisi plastik. Agar lebih praktis, gunakan pembungkus buah tunggal berbahan khusus nonwoven. Bahan itu ringan dengan pori mikroskopis sehingga kelembapan tinggi akibat pengembunan terhindar.

3. Untuk mengurangi serangan lalat buah, pasang perangkap. Biasanya berupa wadah plastik berisi senyawa kimia eugenol. Aroma eugenol mirip bau tubuh lalat betina sehingga lalat jantan terpancing masuk ke dalam perangkap.

4. Untuk pekebun skala besar, lakukan pengasapan dengan insektisida sekali seminggu di sekitar kebun. (Destika Cahyana)


artikel copas dari trubusonlinecoid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar