Selasa, 02 Oktober 2012

Cara membuat lubang tanam

Di sebuah areal penghijauan di Pekanbaru, Riau. Ribuan lamtoro, turi, dan mahoni baru saja ditanam. Dalam hitungan hari, mimpi lahan tidur menjadi permadani yang menghijau musnah tak berbekas. “Hampir semua kering dan mati. Yang hidup bisa dihitung dengan jari,” kata M Syifried Wahab, konsultan pertanian di Riau. Usut punya usut pengelolaan lahan sejak dari persiapan memang tak beres. Dengan alat berat, lubang tanam dibuat tanpa mempertimbangkan syarat tumbuh tanaman.


Proyek penghijauan—tanaman perkebunan dan buah—skala luas kerap tak berhasil. Musababnya, persiapan lahan hingga penanaman dilakukan dengan sistem tender tanam. “Banyak perusahaan yang mengerjakan tak mengerti ilmu pertanian. Mereka berasal dari perusahaan kontraktor biasa. Akibatnya hal-hal teknis yang penting terabaikan,” tutur Syifried. Misalnya, pembalikan tanah topsoil dan subsoil dalam lubang tanam saat penanaman tidak diperhatikan. Topsoil secara sederhana diartikan sebagai tanah bagian atas. Subsoil, lapisan tanah di bawahnya. Penambahan pupuk kandang pun sering terlewatkan.

Kondisi itu berbeda jauh dengan situasi di kebun percontohan milik PT Arara Abadi di Kabupaten Siak, Riau. Trubus melihat, di areal bekas lahan tidur seluas 20 ha tumbuh subur jambu air citra dan king rose apple, buah naga, nangka mini, dan belimbing dewa. Beberapa tanaman seperti belimbing dan buah naga bahkan mulai berbuah. Tajuk dan percabangan jambu air pun terlihat siap dibuahkan. “Kebun itu baru dibuka efektif 1,5 tahun lalu,” kata Ir Agus Pratomo, Community Development PT Arara Abadi.

Balikkan tanah
Menurut Syifried, hal-hal teknis dalam mengelola kebun tak boleh terlewatkan sejak masa persiapan hingga panen. “Masa persiapan seperti membuat lubang tanam harus diperhatikan. Bila dari awal sudah keliru, tanaman sulit tumbuh optimal pada periode berikutnya,” ujar alumnus Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian IPB itu.

Penggunaan alat berat sah-sah saja selama pengetahuan teknis tetap ditaati. Syifried menganjurkan pembalikkan topsoil dan subsoil serta penambahan 1—2 karung pupuk kandang pada lubang tanam sebesar 0,6 m x 0,6 m x 0,6 m. Pada tanah dengan struktur tanah berat, lubang tanam lebih besar lagi, 1 m x 1m x 1 m.

Menurut Ir Wijaya, mantan peneliti di Kebun Percobaan Buah-buahan, Cipaku, Bogor, itu pembalikkan tanah saat penggalian lubang tanam mesti dilakukan. Lapisan tanah topsoil umumnya kaya bahan organik sehingga lebih subur Kemampuan aerasi dan drainase tanah topsoil pun lebih baik. Sebaliknya, tanah subsoil relatif lebih rendah kesuburannya. “Tanah atas yang subur dipindahkan ke bawah. Lalu tanah bawah yang kurang subur ditambah pupuk kandang dan diletakkan di atas,” katanya.

Dengan sistem pembalikkan dan penambahan pupuk kandang, maka kesuburan media tanaman meningkat dan seragam. Bila kesuburan tanah di sekitar perakaran meningkat, maka akar tanaman mudah mencari hara yang dibutuhkan. Tanaman yang baru dipindah ke lapangan tak perlu menembus tanah di luar lubang tanam yang lebih keras. “Itu prinsip yang mudah dipahami, tapi sulit ditaati di lapangan karena memburu efi siensi. Beberapa perusahaan bahkan menganggapnya tidak ekonomis,” kata Wijaya.

Penggalian ganda
Dari penelusuran Trubus, ternyata metode pembalikkan tanah saat membuat lubang tanam telah berkembang maju di Amerika Serikat. Mereka mengembangkan metode penggalian ganda. Metode itu jauh lebih efi sien ketimbang cara biasa yang umumnya mengangkat semua bagian tanah galian.

Caranya, lubang tanam digali bertahap. Langkah pertama gali ½ bagian permukaan lubang tanam bagian atas sedalam ½ lubang. Lalu letakkan tanah galian di samping kanan. Berikutnya, dalami lubang hingga mencapai kedalaman yang ditentukan. Letakan terpisah dari galian pertama.

Penggalian selanjutnya, ½ bagian permukaan tanah topsoil yang tersisa. Tanah hasil galian langsung dicemplungkan ke lubang yang sudah digali sampai dasar lubang. Perdalam lagi sampai kedalaman yang sudah ditentukan, tanah galian diangkat ke atas tanah galian. Lalu, tanah galian yang di samping kanan dan disusul yang disamping kiri dimasukkan ke dalam lubang baru.

Metode itu belum populer dilakukan di Indonesia. “Memang tak ada cara baku soal membuat lubang tanam. Yang penting prinsipnya diketahui,” kata Wijaya. Pun, soal ukuran lubang tanam. Tak ada patokan baku karena tergantung struktur tanah dan “kebandelan” tanaman yang bakal ditanam. Namun, secara sederhana Wijaya menganjurkan, volume 0,75 m3 atau setara 1 m x 1 m x 0,75 m sudah cukup ideal untuk pertumbuhan tanaman. (Destika Cahyana)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar