Minggu, 30 September 2012

jambu biji mutiara: pohon katai sarat buah


Jambu biji mutiara di kebun Eric Wiraga tingginya hanya sepinggang orang dewasa.

Hamparan kebun jambu mutiara seluas 1 ha itu sungguh menakjubkan. Hampir seluruh tanaman tingginya hanya sepinggang hingga sedada orang dewasa. “Umurnya baru setahun,” ujar Eric Wiraga, empunya kebun yang juga pengusaha tekstil di Bandung, Jawa Barat, itu. Tanaman tertata rapi dengan jarak tanam 2,5 m x 2,5 m. Total populasi 400 tanaman.

Meski bersosok pendek, tanaman anggota famili Myrtaceae itu sarat buah. Saat Trubus berkunjung pada pertengahan pertengahan Januari 2012, setiap tanaman rata-rata menggendong 8-10 buah yang siap panen seukuran kepalan tangan orang dewasa. Menurut penangkar buah asal Thailand yang kini menetap di Karawang, Jawa Barat, Narin Watana Anurak, jambu mutiara memang tergolong genjah. Jambu introduksi asal negeri Gajah Putih itu berbuah perdana pada umur 7 bulan setelah tanam dari bibit asal cangkok.

jambu air madu hijau

Pertanyaan itu tercetus begitu saja ketika awak redaksi Majalah Trubus mencicip jambu air kiriman Sunardi, penangkar buah di Kabupaten Binjai, Sumatera Utara. Beberapa hari sebelumnya pemilik nurseri Mulia Tani itu mengabari tentang sebuah jambu air istimewa. “Warnanya hijau, tapi rasanya manis sekali,” katanya lewat pesawat telepon.

Senin pada minggu terakhir Februari 2012 sebuah dus berisi 24 jambu air kiriman Sunardi tiba di kantor redaksi di Cimanggis, Depok, Jawa Barat, setelah menempuh perjalanan melalui darat selama 2 hari. Begitu kemasan dibuka terlihat buah dalam bungkusan tisu. Sunardi mengemas jambu air dengan hati-hati supaya tidak rusak di perjalanan.

rahasia sang jawara kontes


Belasan buah dan sosok sehat, modal tabulampot srikaya menjadi juara.

Sepintas tak terlihat penampilan jawara pada tanaman buah dalam pot (tabulampot) srikaya new varietas bernomor peserta 10 itu. Dari kejauhan sosoknya didominasi daun berwarna hijau. Di balik daun itulah tersembunyi belasan buah beragam ukuran-sebesar bola pingpong hingga bola tenis-yang menggantung di cabang-cabang tanaman yang dipangkas rapi. Warna buah serupa dengan warna daun.

Pantas penampilan tabulampot srikaya setinggi 3 m itu kalah atraktif dibanding kontestan lain pada lomba tabulampot yang diselenggarakan Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta di Pusat Pengembangan Benih Tanaman Pangan Hortikultura dan Kehutanan di Jakarta Selatan. Pesaingnya: tabulampot jeruk sunkist valencia, mangga motinwa, jeruk baby, dan lengkeng terlihat lebih menggiurkan dengan buah bergelayut di ujung cabang. Warna buah kontras dengan warna daun.

serba jumbo berkat urine ternak


Buah naga berbobot 1 kg dan rasanya manis berkat pupuk urine dan kotoran kambing.

Sebanyak 600 tiang pancang berbaris rapi di kebun seluas 1 ha, dari total lahan 2,5 ha di Desa Pasirbentik, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Masing-masing tiang terdiri dari 4 tanaman buah naga kuning berdaging putih Selenicereus megalanthus, buah naga merah berdaging putih Hylocereus undatus, atau buah naga daging merah alias superred H. costaricensis. Dari setiap tanaman menjuntai 10-20 sulur. Setiap sulur hanya memamerkan 2-3 buah.

Sulaksono Tedjo Pawoko, empunya kebun, memang sengaja menyeleksi buah. Dari 5 bunga yang menjadi buah, hanya 3 buah dipertahankan. Alhasil, mayoritas buah berukuran besar. Buah naga kuning, misalnya, minimal 50% dari total buah berbobot 200-270 g per buah. Lazimnya sekitar 180 gram. Sementara naga merah berdaging putih dan merah masing-masing minimal berbobot 600 g dan 400 g. Ukuran buah kedua genus Hylocereus itu maksimal 1 kg.

panen 1 ton buah naga dari pot


Cara Salim mengebunkan buah naga sungguh tidak lazim: di pot dan hasilnya pun berkualitas tinggi.
 Suara kendaraan yang melaju di jalan tol Jagorawi terdengar jelas dari kebun itu. Maklum lokasi kebun dan jalan tol hanya dibatasi oleh selapis pagar beton dan jalur hijau. Di balik pagar setinggi 2,5 m itu menghampar 600 tabulampot buah naga yang tengah sarat buah di dua kavling lahan seluas total 3.000 m2.

Setiap pot berdiameter 70 cm itu ditanami 3 tanaman anggota keluarga kaktus-kaktusan itu. Sebelum penanaman Salim mengisi pot dengan 5 kg media tanam berupa campuran tanah, pupuk kandang, dan sekam dengan perbandingan 1:3:3.

Habis banjir, terbitlah langsat manis.


“Hei, itu masih ada langsat. Kita beli dulu,” kata Mawardi SP MSc pada Trubus sambil menghentikan mobil yang dikendarainya saat menyusuri jalan-jalan di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, pada Februari 2012. Namun, penggemar langsat tanjung itu hampir urung membeli gara-gara penjaja buah berkata jujur. Menurut sang pedagang musim panen langsat tanjung sudah berlalu pada Januari silam.

“Jangan pergi dulu, silakan cicip ini langsat matraman,” kata Ahmadi, si pedagang. Setengah terpaksa Mawardi mengambil sebuah lalu menekannya. Cairan bening keluar dari pangkal langsat. Kulitnya gampang dikupas tanpa getah. Begitu ia mencicip cita rasa manis terasa lengket di lidah.

Kebun jeruk produktif dengan kalkun



Rumah kaca seluas 600 m2 di kota Minamata, Prefektur Kumamoto, Jepang, itu menakjubkan.  Sebanyak 40 pohon jeruk berjarak tanam 3 m x 3 m sarat buah. Shouici Yasuda, sang pemilik,  sampai harus mengikat ranting tanaman anggota famili Rutaceae itu dengan tali ke besi yang melintang di atasnya agar tak patah.

Di lahan seluas 0,5 hektar Yasuda membangun 4 rumah kaca, dengan luasan sama. Tak seperti pekebun lain yang menanam atau satu jenis tanaman. Yasuda justru menerapkan sistem kebun campuran, yaitu satu rumah kaca berisi beragam jenis tanaman. Di salah satu rumah kaca setinggi 3,5 m ia tanam 5 jenis jeruk: summer sweet orange, lemon, sweet spring orange, citrus, dan dekopon.


Kebanyakan hobiis sulit membuahkan jambu biji tanpa biji, tetapi Herfin Sasono  panen 39 buah per pohon berumur 4 tahun.

Dua tahun memelihara jambu sukun alias jambu biji tanpa biji asal Thailand, tak sekalipun Herfin Sasono memetik buah. “Selama perawatan, tanaman memang beberapa kali berbunga.  Namun, tak satu pun bunga menjadi buah,” kata hobiis di Kota Malang, Provinsi Jawa Timur, itu. Herfin kesal sehingga membuang tanaman itu. Selain sukun, Herfin mengoleksi jambu farang yang juga pelit berbuah.

Pohon anggota famili Myrtaceae itu menghasilkan satu buah saat berumur setahun. Padahal, jambu farang rajin berbunga. Sayang, setelah mekar, bunga gampang rontok. “Kerontokan bunga bisa sampai 95%,” katanya. Tak hanya bunga, buahnya pun mudah rontok. Jambu biji tanpa biji memang sohor sebagai tanaman yang sulit berbuah. Itu bukan hanya dialami oleh Herfin. Kepala Bagian Kebun Produksi dan Penelitian Taman Wisata Mekarsari (TWM), Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Ir AF Margianasari, menghadapi persoalan serupa.

Jambu Farang, tanpa biji lebat di pot


Farang yang pelit berbuah menghasilkan 20 buah dalam pot.

Jambu biji setinggi 1,5 meter dalam pot plastik hitam berdiameter 50 cm itu langsung mencuri perhatian. Di ujung-ujung tajuknya bergelayut buah berbentuk bulat memanjang dan tidak beraturan sebesar mug. Terdapat minimal 20 buah dewasa berukuran panjang 12-15 cm dan diameter 8-10 cm menggelayuti tanaman berumur 4 tahun itu. Itu belum termasuk buah pentil seukuran kelereng.

Setiap tangkai yang berbuah merunduk karena keberatan menyangga buah yang bobotnya bisa mencapai 500 g itu. Bobot melonjak menjadi 800 g jika buah muncul di batang atau cabang utama. Sunardi, si empunya tanaman di Binjai, Sumatera Utara, itu menyebut itu tabulampot jambu biji pir. Namun, dari sosok buahnya sangat mirip dengan jambu biji farang. Yang disebut terakhir jambu biji tanpa biji yang dikenal pelit berbuah.

sawo, Sudah Besar, Manis Pula

Martapura sohor sebagai Kota Intan. Kota itu juga pantas mendapat julukan Kota Sawo.
Di Martapura hampir setiap rumah punya pohon sawo, makanya disebut juga Kota Sawo,” kata pekebun buah di Kotamadya Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Andy Putra Barito. Sawo binjai dapat diperoleh hampir setiap waktu karena pohon berbuah sepanjang tahun. Populasi sawo bahkan menyebar hingga ke Kota Banjarbaru yang berbatasan langsung dengan Martapura di bagian selatan. Di Kabupaten Banjar tumbuh 7.426 sawo binjai, 1.194 tanaman di antaranya berproduksi menghasilkan 397 ton per tahun.

Sebutan binjai bukan mengacu pada nama daerah di Provinsi Sumatera Utara, tetapi merujuk pada buah binjai Mangifera caesia. Masyarakat menyematkan nama buah itu karena sosok sawo memang besar, meski tak sebesar buah binjai. Bobot sawo binjai 110-200 g per buah dengan rata-rata 125 g. Ukuran itu setara dengan sawo landa mbou asal Bima, Nusa Tenggara Barat yang juga jumbo. Bobot sawo lain pada umumnya 50-100 g per buah.

Jumbo Setelah Dipingit


Jambu air berwarna merah cerah, mulus, sebesar bola tenis. Mau?

Pangling nian melihat dalhari di stan Dinas Pertanian Provinsi Yogyakarta di pameran Pekan Flori dan Flora Nasional (PF2N) 2012, Medan, Sumatera Utara, pada medio Juni 2012 itu. Bentuk jambu air memang mirip segitiga sama sisi bersudut tumpul dan gemuk dengan warna merah tua cerah ciri khas dalhari. Hanya saja sosoknya lebih besar dan mulus.

Bobot per buah rata-rata 125 gram. Lima tahun silam varietas unggul nasional yang dirilis pada 2004 itu berbobot kurang dari 100 g per buah. Sosok dalhari yang kian ciamik itu membawa Trubus ke Dusun Krasakan, Desa Jogotirto, Kecamatan Brebah, Kabupaten Sleman, Provinsi Yogyakarta, sentra penanaman dalhari.

Plastik pingitan
Misran, pekebun yang juga ketua Asosiasi Jambu Air Dalhari Sembada, menuturkan penampilan buah mulus berwarna merah cerah dan bongsor itu karena perawatan intensif. “Kami melakukan pembungkusan bunga dan seleksi buah sejak dini,” kata pekebun dalhari sejak 6 tahun silam itu. Pemberongsongan dilakukan sejak ada 1-3 bunga mekar dalam satu dompol hingga buah panen.

Dengan diberongsong buah bebas dari serangan lalat buah penyebab busuk, pun kerusakan mekanis akibat disantap hewan pemakan buah, seperti kalelawar dan tupai. Menurut Kepala Bagian Kebun Produksi dan Penelitian Taman Wisata Mekarsari (TWM), Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Ir AF Margianasari, buah dengan kulit lunak seperti jambu air memang rentan terkena serangan lalat buah. “Serangan lalat buah pada jambu air bisa mengurangi produksi sampai 80%,” katanya.

Ara dan Jantan Pendosa

Masa depan pohon ara Ficus spp bergantung kepada lebah jantan yang mau “memperkosa” lalu dibunuh betina.
Lahir sebagai jantan, lebah anggota keluarga Agaonidae itu tumbuh lebih cepat dibandingkan betina di dalam buah ara. Sebab itu pula jantan lebih cepat matang kelamin. Sayang, si jantan tidak bisa keluar dari dalam buah untuk mempersunting betina siap kawin. Demikian suratan lebah Liphortopalum tentacularis, Ceratosolen bisulcatus, dan anggota lain  keluarga Agaonidae.
Oleh karena itu supaya keberadaan generasi berikutnya terjamin, si jantan mau tak mau “memperkosa” betina yang lahir di buah yang sama. Betina yang telah dibuahi itu akan membunuh jantan. Sebagai “tebusan” dosa itu, pejantan pun menjadi sumber pakan untuk bertahan hidup betina. Berbeda dengan jantan, betina selanjutnya hengkang mencari buah ara lain yang memiliki endosperm utuh sebagai sumber pakan bagi larva yang baru menetas.