Bangkok super dan thong sam se sejatinya sama. Itu adalah citra -jambu air temuan Dr Ir Mohammad Reza Tirtawinata, MS, pada 1990 di Anyer, Banten. Nun di tepian pantai, dekat sebuah mercusuar, pohonnya tumbuh subur. Buahnya memikat pria yang kini menjabat direktur Taman Wisata Mekarsari (TWM)di Cileungsi, Bogor, itu.
Warna merah tua mengkilap menembus bagian dalam daging buah yang tebal dan empuk. Teksturnya halus dan tanpa biji. Rasanya manis dan kering. Reza langsung memboyong 40 setek ke kebun pribadi di Bogor. Pada umur 3 tahun, kerabat cengkih itu berbuah. Warna, rasa, dan tekstur sama seperti di tempat asal meski curah hujan di Bogor terbilang tinggi. Nama citra disematkan merujuk nama kebun pembibitan buah-buahan milik Reza -Citra Cipaku.
Diboyong Opas
Sayang, dari 40 bibit hanya belasan yang tumbuh. Itu adalah bibit-bibit yang sempat disebar ke beberapa teman penangkar -selain dikoleksi sendiri. Sebut saja Ir Wijaya, MS -juga di Bogor, dan almarhum Suwarto -penangkar buah di Jakarta Barat. Sebagian lagi menjadi koleksi TWM.
Dari kebun wisata dan koleksi plasma nutfah yang digagas Ibu Tien Soeharto itulah Opas Kasertsuanpecth mendapatkan bibit. Opas yang puluhan tahun mengebunkan jambu air kepincut citra. Maklum penampilan chompu di negeri Siam kalah menarik ketimbang citra.
Pantas Opas -yang menurut Reza punya ?mata? jambu air -langsung memboyong 40 bibit. Pria paruh baya itu tanpa ragu menyambung pucuk citra pada pohon-pohon jambu air di kebun di Provinsi Ratchaburi. Total jenderal Opas memiliki 3.000 pohon citra. Dari sanalah sumber thong sam se untuk ekspor hingga ke Hongkong.
Berita citra -yang sudah beralih nama - jadi andalan ekspor negeri Gajah Putih sontak mengejutkan pemain buah-buahan di tanahair. Saat pekebun di Thailand menangguk devisa dari penjualan thong sam se , di Indonesia citra baru sebatas tanaman koleksi. Tak mau ketinggalan dengan Thailand, para pekebun di tanahair pun ngebut mengembangkan citra. Itu supaya pengalaman pahit jambu semarang justru dikenal dunia sebagai jambu dari Taiwan -karena pekebun dari Pulau Formosa yang mengekspor ke berbagai negara -tak terulang. Eksportir Taiwan memasarkannya dengan nama java apple -merujuk tetua king rose apple, black diamond, dan black pearl yang dibawa seorang keturunan Tionghoa dari Ciamis, Jawa Barat.
Sentra
JK Soetanto, produsen melon dan semangka berkualitas, menanam 3.000 citra di Subang. Itulah salah satu kebun citra terluas. Di Lampung, seorang pengusaha asal Bintaro, Tangerang, mengebunkan seluas 5 ha. Ada juga kebun seluas 2 ha di kawasan Lippo Karawaci, Tangerang. Nun, di Demak, Jawa Tengah, citra ditanam berdampingan dengan varietas delima yang sudah lebih dulu berkembang. Pada 2003 baru sekitar 5.000 -6.000 pohon yang tertanam. ?Sekarang populasinya mencapai 30.000 pohon,? ujar Sutrisno, salah seorang pekebun. Populasi terbanyak di Kecamatan Demak dan Wonosalam.
Di kedua sentra itu, jumlah tanaman mencapai 20.000 pohon. Citra ditanam di pekarangan rumah penduduk dan tanah-tanah tegalan. Populasinya antara 2 -10 pohon di halaman rumah hingga 50 -200 pohon di kebun-kebun kecil. Trubus melihat deretan kerabat jamblang itu di tepian Kali Tuntang yang melintasi kota Demak.
Hasil penelusuran Trubus kepada beberapa penangkar, citra kini kian menyebar. Ir Wijaya, MS, menghitung sejak 2000 sudah 20.000 bibit keluar dari kebun penangkarannya di Bogor. ?Pembelinya hampir dari seluruh Indonesia, ? katanya. Wijaya menyebut pembeli di Cianjur, Sukabumi, Lampung, Medan, dan Bali membeli 100 -200 bibit. Itu cukup untuk membuat kebun kecil berskala 0,5 -1 ha.
Di Demak, Prakoso Heryono, melepas sekitar 30.000 bibit. Serapan terbesar di Kota Wali. ?Tapi permintaan sekarang tidak sebesar 2 tahun silam. Para pekebun di Demak sudah mandiri, bisa memproduksi bibit sendiri, ? tutur Prakoso. Faktor kemampuan menyediakan bibit sendiri membuat citra cepat berkembang di Demak. Di TWM, penjualan bibit citra termasuk dalam 5 besar.
Konsisten
Bukan tanpa alasan bila pekebun memilih citra. ?Kualitas buah konsisten,? kata Wijaya. Ketika ditanam di Subang ukuran buah memang mengecil, tapi warna, rasa, dan tekstur tidak berubah. Bukti sifat citra stabil bisa dilihat dari prestasi di ajang kompetisi. Citra menjadi pemenang harapan pada Lomba Buah Unggul Nasional Trubus periode 1998. Waktu kontes itu diadakan kembali mulai 2003, citra merebut gelar setiap tahun.
Itu yang mendorong Ir Budi Dharmawan, pemilik perkebunan cengkih PT Zanzibar yang melebarkan sayap memproduksi buah-buahan, berniat memperluas penanaman citra. Semula 50 citra diselipkan di antara 200 pohon varietas delima yang ditanam di daerah Jomblang, Kendal, pada 2000. Jumlah itu bertambah menjadi 200 citra dan 400 delima. Kini Budi berencana menambah populasi menjadi 5. 000 tanaman. ?Semua citra. Tahun ini tanam 2.200 pohon, tahun depan 2.200 lagi, ? tutur adik kandung Kwik Kian Gie itu.
Buat pekebun di Demak, menanam citra menggiurkan. Di tingkat pekebun, citra dihargai Rp800 per buah. Itu 2 kali lipat harga varietas delima yang sejak 1980-an jadi andalan. Kelebihan lain, citra lebih tahan simpan karena kering dan berdaging padat. Tanaman pun rajin berbuah. ?Ini panen pertama menghasilkan 50 kg, ? ujar Sudar pekebun pioner di Kecamatan Demak Kota sambil menunjuk pohon setinggi 4 m berumur 3 tahun. Setahun minimal 2 kali tanaman berbuah. Pantas, Sudar berencana menambah 300 pohon dari 55 pohon yang ada.
Namun, menanam citra bukan tanpa kendala. Pekebun mesti siap berjibaku dengan hama lalat buah Drosophila sp, penyebab buah busuk. Seluruh hasil panen bisa tak terjual bila pekebun terlambat membungkus buah. Tingkat kerusakan melonjak bila pekebun tidak melakukan penjarangan. Itu yang dialami kebun di Jomblang pada panen akhir tahun silam. Batu sandungan lain, pecah di pangkal buah. (baca:Prima sang Primadona, halaman 114 -115).
Di sawah
Toh, tantangan itu tidak membuat pekebun mundur. Untuk mengatasi lalat buah, citra dibungkus sejak pentil. Untuk itu pekebun mesti mengeluarkan biaya ekstra -biaya pembungkusan komponen biaya terbesar. Prakoso menghitung, diasumsikan panen perdana pada umur 2 -3 tahun minimal 10 kg per pohon. Dengan harga jual Rp10. 000 per kg, pendapatan per pohon Rp100. 000. Jika pekebun menanam 1 ha berarti populasi mencapai 200 pohon. Anggap 80%berproduksi, total pendapatan Rp16-juta. Itu menutup biaya pemberongsongan Rp7-juta -Rp10-juta per ha per periode panen.
Untuk mengatasi pecah di pangkal, TWM menanam citra dengan sistem tunnel . Citra ditanam di atas guludan yang dipisahkan parit-parit berisi air seperti yang dilakukan pekebun Thailand. Mirip dengan sistem tunnel, Sutrisno menanam citra tumpangsari dengan padi. Dengan sistem itu kebutuhan air dapat diatur. Untuk menjamin pasokan air pula pekebun di Jomblang menggunakan sistem irigasi tetes. Sementara pekebun di Demak punya kolam penampungan air supaya bisa rutin menyiram tanaman. (baca:Tiga Pilihan Agar Produksi Optimal, halaman 116 -117).
Saat kendala teratasi, pasar sudah menanti. J K Soetanto kewalahan melayani permintaan dari toko-toko buah di seputaran Jakarta. Citra dari Demak ditampung oleh pengepul di Muarakarang, Jakarta Utara dan Pasarminggu, Jakarta Selatan. ?Kalau punya citra, pasti dikejar-kejar, ? kata Sudar menggambarkan kemudahan pasar. Begitu citra hadir di gerai Alfresh di Jakarta Barat, jambu air lain -cincalo merah, cincalo hijau, dan sukaluyu yang sudah lebih dulu masuk pasar swalayan ? jadi pilihan kedua.
Supaya tampil apik, citra dikemas dengan jaring styrofoam sehingga selamat tiba di Jakarta. Yang diambil kelas A dan B berpenampilan mulus dengan bobot sekitar 200 gram. Kelas C, sekilo isi 8 buah, masuk ke toko-toko buah tanpa nama di Semarang. Gole ?an -buah sortiran terakhir -masih laku dijual Rp12. 000 -Rp15. 000 per kg. Citra asal Jomblang masuk toko buah dengan nama bangkok super.
Mahal
Meski harga relatif tinggi, barang selalu habis. Di salah satu gerai toko khusus buah di Jakarta Barat, 10 -40 kg tandas hanya dalam hitungan jam. Pantas Nurmualif ingin membuka kebun sendiri. ?Saya penasaran, kok ada jambu mahal sekali. Tapi setiap kali mau beli di toko buah selalu kehabisan, ? kata pengusaha furnitur itu. Di kaki Gunung Muria, ia menanam 900 pohon di lahan seluas 3, 7 ha. Tahun depan, mania durian itu siap-siap menambah 4 ha.
Pasar ekspor pun terbentang. Dalam sebuah pameran di Jawa Tengah pada Juli 2005, citra yang dipajang di anjungan Jawa Tengah menarik minat beberapa duta besar negara yang hadir. Sayang, kontinuitas produksi jadi kendala. Maklum, kebun citra masih hitungan jari.
Toh, para pekebun optimis citra Indonesia bisa bersaing dengan hasil dari Thailand. Seorang pedagang buah besar di Sragen pernah membawa buah thong sam se ke Demak sebagai contoh. ?Setelah mencicipi yang dari kebun, malah minta dikirim dari sini setiap hari,? ujar Sudar. Sebuah kabar menyebutkan, Taiwan dan Vietnam sudah mengincar untuk mengembangkan citra.
Waktu Trubus ke Thailand pada April 005, thong sam se makin mudah ditemukan di pasar-pasar tradisional di seputaran Bangkok. Ah, jangan sampai Indonesia kecolongan lagi. (Evy Syariefa /Peliput: Destika Cahyana dan Rosy Nur Apriyanti)
artikel copas dari trubusonlinecoid
Halo Bossku ^^
BalasHapusSegera Daftarkan ID di ibu21,com
Menyediakan 8 Permainan Hanya Dengan 1 ID
Serta Tersedia Promo Menarik
Bonus Turn Over Terbesar
Bonus Refferal Seumur Hidup
Minimal Deposit Hanya 25Rb
BBM : csibuqq
WA : +855 88 780 6060
Di Tunggu Kehadirannya Bossku ^^