Rabu, 26 Desember 2012

Jambu air THAB THIM CHAN, THONGSAMSI DAN CITRA, Berbeda atau Ganti Nama

Jambu air thab thim chan dan thongsamsi asal Thailand diduga sama dengan jambu air citra yang ditemukan Dr M Reza Tirtawinata pada 1990.

Penantian dr Kerry Ramlan Kartosen SpOG selama lima tahun berakhir sudah. Sebanyak 67 pohon jambu air thab thim chan, 56 pohon thongsamsi, dan 87 pohon citra berbunga serempak pada Juli 2011. Kerry menanam ketiga jenis jambu air itu pada 2006. Dua bulan setelah bunga mekar, ia memanen 1,3 ton thab thim chan, 1,1 ton thongsamsi, dan 1,7 ton citra. Pada panen perdana itu setiap pohon rata-rata menghasilkan 20 kg.

Thab thim chan adalah jambu air asal Thailand yang didatangkan Dr Lutfi Bansir SP MS, pegawai Dinas Pertanian Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan Timur, pada 2006. Menurut ahli buah di Bogor, Jawa Barat, Dr Muhamad Reza Tirtawinata, thab thim chan itu sebetulnya adalah citra. “Saya pernah mencicipi thab thim chan di Thailand dan rasanya sama dengan citra,” ujar doktor alumnus Institut Pertanian Bogor itu yang juga penemu citra.



Selain rasa, bentuk daun thab thim chan juga mirip citra. “Sepintas daunnya mirip citra, tapi ini ujungnya agak lancip,” kata Reza Tirtawinata, pakar buah di Bogor, Jawa Barat, yang pertama kali memperkenalkan citra di tanahair (baca: Citra: Satu Nama Beragam Rupa, Trubus edisi April 2006).

Demi dagang?

Menurut ahli alih informasi pertanian Thailand-Indonesia, Ir Nancy Martasuta, Negeri Gajah Putih itu memang mengembangkan citra di Ratchabury. Di sana citra berubah nama menjadi thongsamsi yang artinya emas tiga warna. Reza menuturkan, thongsamsi sama dengan thab thim chan. “Mereka memberikan nama berbeda hanya untuk kepentingan dagang,” ujarnya.

Bila mengacu pada informasi itu, maka 210 pohon yang ditanam dr Kerry itu semuanya citra. Persamaan ketiganya terlihat dari bentuk buah yang mirip lonceng. Yang membedakan warna buah. Thab thim chan berwarna merah paling pekat. Sementara warna merah thongsamsi lebih cerah. Di kebun Kerry citra yang biasanya merah pekat justru lebih muda daripada keduanya. Ukuran buah ketiganya sebetulnya relatif sama.

Bobot thab thim chan dan thongsamsi paling berat. Bobot rata-rata keduanya 110-150 g per buah. Itulah sebabnya 70% dari hasil panen keduanya lolos ke toko buah. Toko buah menyaratkan bobot minimal 110 g per buah, mulus, dan tidak berlubang. Sementara bobot citra hanya 80-110 g per buah. “Perbedaan bobot itu karena tingkat kepadatan daging buah,” ujar Kerry. Oleh karena itu jumlah citra yang lolos ke toko buah hanya 50%.

Soal cita rasa thab thim chan paling juara. Keunggulan itulah yang menyebabkan harga jual thab thim chan paling mahal, yakni Rp50.000 per kg pada Juli 2011. Citra kalah manis sehingga hanya laku Rp25.000 per kg. Rasa thongsamsi lebih manis daripada citra, tapi tak semanis thab thim chan. Harga jual thongsamsi Rp30.000 per kg.

Perlakuan sama

Fakta itu menunjukkan bahwa meski diduga sama-sama citra, toh ketiganya memiliki karakter buah berbeda. Padahal, dr Kerry menerapkan teknik budidaya sama untuk ketiganya. Lokasi penanaman pun di satu lahan yang sama, yakni di Kejayan, Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur. Kerry menggunakan bibit hasil okulasi berumur tiga bulan setinggi 50 cm. Ia menanam bibit kerabat jamblang itu dalam lubang berukuran 60 cm x 60 cm x 60 cm dengan jarak antarlubang 6 m x 6 m.

Sebelum menanam bibit, Kerry membenamkan 20 kg pupuk bokashi dan segenggam dolomit per lubang tanam. Ia memberikan pupuk susulan setiap 6 bulan. Pupuk susulan berupa larutan yang terbuat dari campuran 1 kg NPK, hormon pertumbuhan, hormon perangsang buah-dosis sesuai petunjuk di kemasan. Dokter alumnus Universitas Airlangga itu melarutkan cairan pupuk dalam 200 liter air bersih.

Kerry menyemprotkan pupuk itu pada seluruh permukaan batang. Jatah setiap pohon sekitar 1,3 liter pupuk. Ia tetap memberikan pupuk yang sama, tanpa hormon perangsang buah ketika pohon mulai berproduksi. Baru pada pemupukkan kedua setelah berbuah, Kerry menambahkan kembali hormon perangsang buah. Ahli kandungan dan kebidanan itu juga menjarangkan buah. “Yang dipertahankan yang buahnya mulus,” kata pria kelahiran Merauke, Papua, itu. Ia hanya menyisakan 2 buah per dompol.

Menurut Reza banyak faktor seperti batang bawah bibit yang mempengaruhi perbedaan karakter buah. “Perbedaan jenis batang bawah mempengaruhi perubahan karakter tanaman,” ujar Reza. Meski mendapat perlakuan dan dosis pupuk sama, kemampuan tanaman menyerap nutrisi berbeda sehingga mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan kualitas buah.

“Jadi, tidak bisa ditarik kesimpulan bahwa thab thim chan lebih baik daripada thongsamsi dan citra,” katanya. Reza menuturkan thab thim chan lebih baik daripada citra dan thongsamsi bisa jadi benar bila pengujian pada satu pohon jambu air citra disambung dengan pucuk thab thim chan, thongsamsi, dan citra. Singkat kata satu batang bawah citra disambung dengan 3 jenis jambu air untuk mengamati buahnya. “Jika buah yang dihasilkan berbeda, berarti secara genetik ketiganya berbeda. Tapi kesimpulan akan lebih akurat jika dilakukan uji DNA (asam deoksiribonukleat, red),” ujarnya.

Jadi, pekebun yang ingin mengebunkan jambu air, silakan pilih ketiganya. Toh saat panen kedua pada Agustus 2012, ketiga jenis jambu air itu tetap laris manis di pasaran. Kerry menjual dengan harga yang sama untuk ketiga “jenis” jambu air itu, yakni Rp80.000 per kg. (Imam Wiguna/Peliput: Bondan Setyawan ---artikel ini copas dari trubusonline)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar